Sabtu, 04 September 2010

Jantung Bocor Tak Harus Biru

Jika berat badan balita Anda susah naik, berhati-hatilah. Siapa tahu ia menderita kelainan jantung bawaan. Pemeriksaan dini dan tindakan tepat dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Kita tahu, jantung merupakan pompa berotot yang berfungsi mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Dulu Aristoteles mengira, jantung memiliki tiga ruangan karena ia memeriksa jantung katak dan kadal. Namun, seperti yang sudah pernah kita pelajari di bangku sekolah, di dalam jantung ada empat ruang. Di sebelah atas ada serambi kanan dan kiri, di bagian bawah ada bilik kanan dan kiri juga. Serambi berdinding tipis dan sempit, sedangkan bilik sebaliknya. Antara serambi dan bilik ada katup searah yang menjaga agar darah yang sudah berpindah tidak berbalik arah.
Sebagai pompa, jantung bekerja tanpa lelah. Melalui bilik kiri ia memompakan darah dari paru-paru yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Setelah darah mengirimkan oksigen yang diperlukan tubuh, ia berkumpul di serambi kanan untuk seterusnya masuk bilik kanan. Dari sini darah kotor tadi dipompa ke paru-paru untuk dibersihkan.
Begitulah siklus normal jantung yang terlihat monoton tapi sebentar berhenti saja bikin kita kelimpungan. Meski darah yang keluar dari bilik sedikit, sekitar 70 ml, tapi karena bekerja seharian, maka total darah yang dipompa dari bilik-bilik itu bisa mencapai 10.000 – 15.000 l darah.
Masalahnya, pada beberapa orang siklus tadi terganggu akibat adanya kebocoran. Bocornya bisa terjadi antarbilik atau antarserambi, bisa pula sebelum masuk ke jantung sudah terjadi kebocoran. Beberapa orang yang mengalami kebocoran jantung itu ada yang mampu bertahan ada yang menyerah.

Tidak efisien
Jantung bocor ini kebanyakan menimpa anak-anak. Dari data Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dari 1.000 kelahiran di berbagai daerah, 6 – 7 di antaranya mengidap kelainan jantung bawaan (kompas.com). Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan jantung itu meninggal sebelum berusia satu tahun. Sedangkan bayi yang bisa diselamatkan melalui pembedahan hanya 800 – 900 kasus per tahun, yang sebagian besar dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Banyak penyebab mengapa bayi-bayi itu lahir dengan kelainan jantung bawaan, terutama pada trimester pertama yang merupakan masa krusial bagi pembentukan jantung. Jika ibu si janin berusia di atas 40 tahun menderita penyakit kencing manis, campak, darah tinggi, serta merokok saat janin berusia tiga bulan, maka ada kemungkinan jantung janin mengalami kelainan. Faktor lain yang dapat mengganggu pembentukan jantung pada trimester pertama antara lain paparan sinar rontgen, trauma fisik dan jiwa, minum jamu atau pil kontrasepsi, serta faktor keturunan.
Menurut dr. Linda Lison, Sp.JP, FACC, FESC, ada beberapa macam kebocoran jantung dilihat lokasinya. Misalnya, ventrikel septal defect (VSD, kebocoran di bilik), atrial septal defect (ASD, kebocoran terjadi di serambi), dan paten ductus arterious (PDA, kebocoran di aorta yang menyambung ke pulmonal). Kelainan lain adalah transposition great artery (TGA), tetralogi fallot, pulmonalis stenosis/atresia, ebstein anomali, serta kebocoran pada katup-katup jantung.
Pada ASD kebocoran yang terjadi menyebabkan sejumlah darah kaya oksigen mengalir dari serambi kiri ke kanan. Darah ini kemudian dipompa ke paru-paru meski sudah dibersihkan sebelumnya. Dengan begitu kerja jantung menjadi tidak efisien. Pada kebanyakan penderita tidak timbul gejala berarti. Kalaupun ada gejala, wujudnya antara lain cepat capek maupun gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
VSD mirip dengan ASD, cuma lokasinya yang berbeda, yakni di bilik. Masalahnya bagian ini merupakan ruang pemompaan, sehingga tambahan darah membuat kerja pompa juga bertambah. Tekanan darah bisa meninggi pada saluran menuju paru-paru. Jika terus-menerus terjadi, akan menimbulkan kerusakan pada dinding pembuluh darah.
Yang patut diwaspadai adalah TGA. Pada kasus ini, aorta dan pulmonal terbalik. Aorta menerima darah kotor dari bilik kanan, tapi bukannya dibersihkan di paru-paru, darah ini malah diedarkan kembali ke seluruh tubuh. Begitu juga dengan pembuluh pulmonari yang menerima darah bersih tapi dikembalikan ke paru-paru.
Gejala yang timbul pada jenis kebocoran tadi sangat tergantung besar-kecilnya lubang kebocoran. Jika cukup besar, bisa menimbulkan gangguan pertumbuhan. Bicara soal gejala, perlu diingat bahwa tidak semua kelainan jantung bawaan ini memunculkan gejala warna biru. Soalnya, kelainan ini dibagi dua golongan: nonsianotik yang tidak menimbulkan gejala biru (contohnya ASD dan VSD) dan sianotik yang menimbulkan gejala biru (misalnya tetraologi fallot dam astresia tricuspid).
Ketidakmunculan tanda-tanda biru terjadi lantaran darah kotor dari bilik kanan tidak beredar ke seluruh tubuh. Sebaliknya, darah bersih dari jantung kiri menyeberang ke kanan dan menuju paru-paru. Bila lubang masih sempit, umumnya bayi tidak memperlihatkan keluhan.
Sebaliknya, badan (bibir, lidah, kuku) menjadi biru – terutama bila menangis – terjadi jika darah kotor (kurang oksigen) mengalir ke sirkulasi darah bersih. Bila darah kotor itu sampai memasuki organ-organ penting seperti otak, penderita akan mengalami sesak napas disertai kejang, bahkan dapat berakhir menghadap Sang Khalik. Namun, kebiruan itu umumnya baru tampak setelah bayi berumur beberapa minggu atau bulan.
Hati-hati infeksi
Sebenarnya, kelainan jantung bocor bisa dideteksi sejak awal. “Saat ini sudah ada tes fetal echokardiografi selama hamil,” tutur staf kardiologi di RS PIK dan Pluit Jakarta ini. Para ibu hamil diharapkan pula untuk menjaga kondisi kesehatannya, tidak mengonsumsi obat serampangan, serta tidak merokok.
Soalnya, kalau jantung sampai bocor, mau tidak mau tindakan yang dilakukan adalah operasi. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini, operasi sudah bisa dilakukan tanpa pembedahan. Menurut Linda, umumnya operasi dilakukan saat usia bayi sekitar tiga bulan. Namun, jika keadaan mendesak, operasi bisa dilakukan segera, berapa pun umur si bayi.
Tindakan yang dilakukan bisa sekadar mengikat arteri pada kasus PDA, atau penutupan lubang tanpa operasi pada ASD atau VSD. Metode ini dilakukan dengan penutupan permanen seumur hidup seperti pemasangan payung untuk menutup lubang yang bocor. Hanya saja tindakan harus dilakukan ketika penderita sudah besar. Penanganan sejak usia dini akan mencegah persoalan serius di kemudian hari.
Pada VSD terkadang lubang akan menutup sendiri seiring bertambahnya usia. Namun, jika lubangnya besar, dianjurkan untuk ditutup sebelum usia prasekolah. Tujuannya, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Biasanya, lubang ditutup dengan tambalan khusus atau terkadang dijahit. Jika lubang sudah tertutup, maka sirkulasi darah menjadi normal.
Setelah operasi dilakukan, masih diperlukan beberapa pengecekan agar tindakan berjalan sebagaimana mestinya. Jika diperlukan, dokter jantung akan memantau dengan serangkaian tes seperti elektrokardiogram atau echokardiogram. “Tidak ada pantangan berarti, kecuali pada hipertensi paru-paru di mana pasien tidak boleh terlalu capek,” kata Linda.
Terkadang jantung bocor ini terbawa sampai dewasa, tanpa dilakukan penanganan untuk menambalnya. Soal berbahaya atau tidak, Linda hanya mengatakan, “Yang kita takutkan kalau sampai terjadi infeksi jantung. Kalau ada tindakan, seperti cabut gigi atau operasi bedah perlu digunakan antibiotika.” Atau bisa juga yang tadinya masuk jenis penyakit jantung yang tidak biru berubah menjadi biru.
Repot memang. Sebab, yang bermasalah itu organ yang sangat vital sih!
boks
MEMPERBAIKI SALAH LETAK
Pada pasien dengan TGA, mau tidak mau harus ada koreksi seawal mungkin. Banyak bayi menjalani operasi kateterisasi untuk menyingkat waktu dan menunda pembedahan sampai mereka bisa mengurus dengan lebih baik. Prosedur ini dilakukan dengan memperbesar sambungan antara serambi kiri dan kanan. Tujuannya, membuat darah bercampur sehingga darah kotor dan bersih bisa dipompa ke arah yang benar.
Ada dua jenis operasi yang bisa memperbaiki TGA. Pertama membuat saluran di antara serambi. Ini akan mengalihkan darah kaya oksigen ke bilik kanan dan aorta, sedangkan darah kotor atau miskin oksigen menuju bilik kiri dan arteri pulmonari. Tindakan ini dikenal dengan istilah prosedur Mustard atau Senning. Jenis kedua dikenal dengan operasi arterial switch. Aorta dan arteri pulmonari dikembalikan ke posisi normal mereka. Aorta disambungkan ke bilik kiri, dan arteri pulmonari ke bilik kanan.
Sehabis operasi masih diperlukan pemantauan. Mereka pun tidak dianjurkan untuk olahraga kompetisi. Problem yang timbul mungkin penurunan denyut atau fungsi katup pada operasi Mustard atau Senning. Soalnya, bilik kanan memompa darah ke seluruh tubuh selain ke paru-paru. Tidak ada halangan bagi wanita dengan TGA yang dioperasi untuk hamil. Hanya berhati-hati jika muncul aritmia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar